WANITA DAN AURATNYA.

Mataku telah lelah sebenarnya, tapi pikiranku seakan menggelitik untuk sekedar menyapa.

Wanita berjilbab itu ibarat mutiara, sulit dicari dan mahal nilainya sedangkan wanita tak berjilbab itu ibarat tanah dan kerikil, mudah ditemukan dan murah nilainya. Sungguh beruntung wanita yang mau dan bertahan ibarat mutiara itu. Aku pun turut mendoakan kebaikan untuknya! [ahn]



Kawan. Ada beberapa kawan cewek yang tentu sering mengungkapkan ini atau mungkin yang sedang membaca artikel ini pernah melakukannya. Bagaimana rupaku? cantikkah? Rambutku bagaimana? indahkah?
Yah, begitupun adik perempuanku, tidak jarang menanyakan ini padaku.

Sesungguhnya dari hatiku yang terdalam, aku mengakui kecantikan wanita itu dari parasnya. Namun, sesungguhnya, wanita terbaik itu adalah tiadalain yang mampu menjaga kecantikannya dengan hamparan jilbab menutupi auratnya.
mitravsi


Wanita berjilbab itu tampak sangat terhormat dan terjaga dari pandangan lawan jenis. Diibaratkan sebutir mutiara yang mahal harganya, tinggi nilainya, dan sulit ditemukan yang terjaga jauh di kedalaman lautan, demikian juga wanita, dengan jilbab yang menjaganya maka secara otomatis akan menjadi tinggi nilainya di mata manusia dan Tuhan.

Keindahan dalam diri wanita bukan untuk dicicipi gratis oleh lelaki bukan mahram, tetapi banyak yang tidak menyadarinya. Banyak yang menyia-nyiakan dirinya. Sungguh, andaikan mereka tahu betapa tingginya derajat mereka dengan menjadi wanita berjilbab, maka tentu mereka akan bangga dengan jilbabnya.

Wanita punya dua pilihan. Pilihan pertama meninggikan dirinya dengan berjilbab, atau pilihan kedua dengan berbuat sesukanya dan berbangga meliukkan badan di hadapan umum yang tentu menempatkan dirinya di posisi terbawah.

Semoga cahaya kebaikan menuntun para kawan-kawan wanita menjadi sang mutiara yang berkilau di tempat yang terjaga sebelum tiba saatnya menjadi pelengkap mahkota seseorang di masa depan.

Bersabarlah, pilihan menjadi mutiara akan memudahkan setiap langkah kalian! Percayalah, doaku menyertai kalian.

Ketika aku masih gadis remaja, belum beranjak sembilan atau sepuluh tahun, aku ingat saat pertama bertemu dengan ayahku setelah perceraiannya. Aku sungguh amat gembira dan tak sabar untuk segera sampai di Hotel Disneyland, Anaheim, Kalifornia, di mana ia dan Lonnie – istrinya saat itu – sedang menginap.
Jika aku tak salah mengingat, aku memakai kaos tank top mini berwana putih dan sepotong celana pendek berwarna hitam. Aku sebenenarnya dibesarkan dalam lingkungan muslim ortodoks, aku belum pernah mengenakan pakaian minim semacam itu di saat ayah ada. Ketika telah sampai, Pak sopir mengantarkan Laila, adikku, dan aku ke kamar ayah. Seperti biasa, ia bersembunyi di balik pintu untuk mengejutkan kami. Kami saling berpelukan dan saling melepas kerinduan seharian itu. Ayahku memperhatikan kami dengan seksama. Kemudian ia mendudukkanku di pangkuannya dan mengatakan sesuatu yang tak akan pernah kulupakan. Dengan pandangan yang dalam ke kedua bola mataku, ia berkata, “Hana, segala yang Allah jadikan berharga di dunia ini semuanya disembunyikan dan sulit untuk dijangkau. Di mana engkau menemukan permata? Jauh di dalam tanah, tersembunyi dan terlindungi. Di mana engkau menemukan mutiara? Jauh di dasar samudera, tertutup dan terlindungi oleh cangkang yang indah. Di mana engkau menemukan emas? Jauh di dalam tambang, tertutup oleh berlapis-lapis batuan. Engkau harus berusaha keras untuk bisa mendapatkan mereka.” Ia memandangku dengan tatapan serius. “Tubuhmu suci. Engkau lebih berharga dibandingkan dengan permata dan mutiara, dan dirimu [tubuhmu] harus ditutupi juga.”
Itu adalah satu dari banyak pelajaran yang ditanamkan oleh ayah kepadaku dan akan terus mengilhamiku dan saudari-saudariku, hingga sekarang.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Muhammad Ali dan putrinya di atas: bagaimana seorang ayah, dengan penuh hikmah dan kasih sayang berusaha menasihati dan menjelaskan kepada putrinya tentang ajaran dan aturan dari Allah tentang menutup aurat dan berjilbab.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Imam Muslim)
Semoga bermanfaat.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Muhammad Ali dan putrinya di atas: bagaimana seorang ayah, dengan penuh hikmah dan kasih sayang berusaha menasihati dan menjelaskan kepada putrinya tentang ajaran dan aturan dari Allah tentang menutup aurat dan berjilbab.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Imam Muslim)
Semoga bermanfaat.

semoga aku bisa bergini selamanya..insyaallah..


No comments:

Post a Comment

sila lah menjadi pengOmen setia mish....!